Taman Nasional Taka Bonerate Wisata Laut Yang Mempunyai Kawasan Atol Terbesar Ketiga di Dunia

takabenuanews.jpg

Makasar (benuanews.com)-Taman Nasional Taka Bonerate merupakan Taman Laut Yang Mempunyai Kawasan Atol Terbesar Ketiga di Dunia. Setelah Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa. Luas total dari atol ini 220.000 hektare dengan sebaran terumbu karang mencapai 500 km².

Sejak Tahun 2005 Taman Nasional Taka Bonerate telah diusulkan untuk menjadi Situs Warisan Dunia. Dalam rangkaian Hari jadi Kepulauan Selayar di lokasi ini setiap tahun diadakan festival yang bertajuk Sail Taka Bonerate. Sebelumnya festival ini disebut Taka Bonerate Island Expedition (TIE).

Ada sebanyak lima belas buah pulau di Taman Nasional Taka Bonerate. Sehingga sangat bagus untuk kegiatan menyelam, snorkeling, dan wisata bahari lainnya. Topografi kawasan sangat unik dan menarik. Atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam. Semuanya itu membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak.

Di antara pulau-pulau gosong karang, terdapat selat-selat sempit yang dalam dan terjal. Sedangkan pada bagian permukaan rataan terumbu, banyak terdapat kolam kecil yang dalam. Kolam ini dikelilingi oleh terumbu karang. Pada saat air surut terendah, terlihat dengan jelas daratan kering. Daratan ini diselingi genangan air yang membentuk kolam-kolam kecil.

Kawasan Taman Nasional Taka Bonerate terletak di Kecamatan Taka Bonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan.

Pilihan transportasi ke taman nasional taka Bonerate bisa melalui darat atau udara. Jika memilih menggunakan jalur udara rutenya, dari Bandara Sultan Hasanuddin menuju bandara H. Aeropala Selayar. Armada yang digunakan ialah pesawat jenis ATR. Armada yang digunakan ialah jenis ATR72-600 berkapasitas 70 orang, yang dioperasikan oleh Trans Nusa, Wings Air, dan Garuda Indonesia.

Untuk moda transportasi darat bisa menggunakan bus umum. Setelah mendarat di Bandara Sultan Hasanudin, bisa menuju terminal Bus Mallengkeri menggunakan taksi. Di terminal ini tersedia Bus reguler menuju Benteng, Selayar, berangkat pukul 02.00 WITA dan 09.00 WITA ke pelabuhan Bira.

Dari Pelabuhan Bira, Bulukumba, perjalanan dilanjutkan dengan menyeberang menggunakan Kapal feri selama dua jam ke Pelabuhan Pamatata, Selayar, perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Kota Benteng, sekitar 1,5 – 2 jam. Taman Nasional Taka Bonerate dibuka untuk kunjungan wisatawan pada jam 08.00 dan tutup jam 18.00.

Pengunjung wajib membayar karcis untuk masuk ke kawasan Taman Nasional Taka bonerate. Tidak mahal tiket masuk ke wilayah ini. Untuk pengunjung dalam negeri hanya Rp 2.500,- dan pengunjung WNA Rp 20.000,-. Sebagai kawasan yang terdiri dari 17 pulau, Taman Nasional Taka Bonerate memiliki potensi alam bawah laut yang sangat kaya. Memiliki luas sekitar 500 hektare dan atol seluas 220 hektare, membuat Taman Nasional Taka Bonerate menjadi taman nasional dengan atol terbesar ke-tiga di dunia, setelah Kepulauan Marshall dan Maldives.

Untuk itu, tidak mengherankan jika Taman Nasional Taka Bonerate menjadi surga bagi para pecinta diving. Terdapat beberapa spot diving yang bisa dikunjungi di sana. Seperti spot Mercusuar yang memiliki karakteristik lokasi berupa reef edge (karang tepi).

Spot ini bersuhu 27 derajat dan pola arus berupa arus susur pantai. Spot ini memiliki kecepatan arus 0,25 meter per detik, kedalaman rata-rata 5-8 meter, kecerahan perairan mencapai 10 meter, serta kondisi karang hidup mencapai 30-70 persen.

Ada pula The Rivers Spot yang terletak di Pulau Jinato. Spot diving ini memiliki karakteristik lokasi berupa slope/wall/drop off/ dinding. Suhu air 28 derajat dengan pola arus berupa arus susur pantai. Kecepatan arus di spot ini sekitar 0,15 meter per detik, kedalaman rata-rata 5-10 meter, kecerahan mencapai 20 meter, dengan kondisi karang hidup mencapai 20-78 persen.

Selanjutnya, ada Jinato Wall Paradise yang berada di perairan Jinato. Spot ini merupakan salah satu spot diving paling bagus dengan kedalaman 5-15 meter dan kecerahan mencapai 15-20 meter.

Kondisi terumbu karang di Jinato Wall Paradise juga sangat bagus. Tutupan karang berkisar 57-83 persen, yang didominasi oleh hardcoral dan softcoral. Berbagai jenis biota laut juga bisa ditemui di spot ini. Ada butterfly fish, cardinal fish, angelfish, grouper, surgeon fish, damselfish, trigger fish, lobster, eagle rays, moray, dan kima.

Secara keseluruhan ada 43 spot diving di Taman Nasional Taka Bonerate. Diantara semuanya yang dianggap paling bagus adalah Jinato Wall Paradise. Bentuknya wall seperti surga. Taman Nasional Taka Bonerate tidak hanya terkenal dengan keindahan bawah lautnya. Namun juga terkena dengan kearifan lokal yang ada di masyarakat. Khususnya masyarakat yang ada di pulau sekitar kawasan taman nasional.

Pada perayaan acara tertentu, misalnya sail Taka bonerate, masyarakat menunjukkan penghargannya kepada pengunjung. Ketika sampai di dermaga Pulau Jinato yang peserta rombongan acara akan disambut hangat oleh kepala desa.

Sambutan kembali dilakukan ketika rombongan memasuki pulau. Gendang yang berbunyi dengan merdunya, tarian yang unik dan ikonik, hingga drama musikal yang menarik.

Tak hanya itu, para peserta festival juga diajak untuk melihat kegiatan sehari-hari masyarakat di Pulau Jinato. Misalnya saja melihat proses pembuatan permen gula merah, pembuatan abon ikan, hingga pembuatan jaring untuk menangkap ikan.

Selain itu, masyarakat Pulau Jinato juga memiliki tradisi unik bernama sorong lopi. Ini merupakan tradisi mendorong perahu yang baru selesai dibuat oleh seluruh masyarakat sekitar.

Tradisi sorong lopi ini dilakukan dengan dasar semangat gotong-royong di antara masyarakat sekitar. Mereka sadar untuk saling membantu mendorong. Mereka menanamkan kesadaran bahwa sesama anggota komunitas, mereka sendirilah yang harus membantu anggota lain dari komunitas untuk menyelesaikan persoalan mereka. Dalam hal ini dengan cara kerjasama mendorong perahu yang berat.

Setelah selesai mendorong perahu ke laut, masyarakat lantas menyantap bubur baladekdek bersama-sama. Bubur yang terbuat dari tepung beras dan gula merah itu dipercaya masyarakat sekitar bisa membukakan pintu rezeki.

Jika ke Taman Nasional Taka Bonerate, salah satu pulau yang wajib dikunjungi adalah Pulau Tinabo. Pulau tak berpenghuni dan masuk dalam zona inti taman nasional. Taman nasional taka bonerate memiliki satu wisata yang tidak akan kamu temukan di tempat lain di dunia ini.

Di bibir pantai Pulau Tinabo terdapat bayi hiu dengan jenis black tip yang ramah manusia. Pengunjung bisa berenang dan bermain dengan bayi hiu tersebut tanpa perlu khawatir digigit. Meski begitu, harus tetap waspada.

Atraksi andalan taman nasional ini adalah bermain atau berenang dengan bayi hiu. Di dunia ini hanya ada satu tempat manusia bisa berenang dan bermain dengan bayi hiu, yaitu di Pulau Tinabo, Taman Nasional Taka Bonerate.

Selain bermain bersama hiu, di Pulau Tinabo wisatawan juga bisa snorkeling, dive discovery, hingga diving. Tak ketinggalan pengunjung juga bisa menikmati sunset dan sunrise. Yang tidak kalah indahnya adalah stargazing pada malam hari untuk melihat deretan bintang yang indah.

Kunjungan ke taman nasional taka bonerate tidak hanya soal diving dan snorkeling. Pengunjung yang berkunjung ke Taman Nasional juga bisa melakukan island hopping di beberapa pulau yang ada di kawasan tersebut. Beberapa pulau yang dapat dikunjungi antara lain Pulau Lantigiang dan Pulau Rajuni.

Salah satunya adalah Pulau Lantigiang yang masuk dalam salah satu zona inti Taman Nasional Taka Bonerate. Pulau tak berpenghuni itu hanya berjarak 30 menit perjalanan menggunakan perahu dari Pulau Jinato.

Pasir putih, laut biru kehijauan, hingga deretan pepohonan menyambut kami saat datang ke sana. Pulau Lantigiang sendiri adalah salah satu pulau dengan spot terbaik untuk menikmati sunset.

Meskipun demikian, pengunjung diharapkan tetap waspada saat berkunjung ke sana. Sebab, sepanjang bibir pantai cukup banyak terdapat ikan pari yang bisa berbahaya bagi manusia jika di provokasi berlebihan.

Tidak hanya Pulau Lantigiang, pengunjung juga bisa mengunjungi Pulau Rajuni. Pulau ini yang berjarak sekitar satu jam perjalanan dari Pulau Tinabo . Lantigiang memiliki beberapa festival yang juga menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.

Misalnya saja Festival Bajo yang termasuk dalam rangkaian Festival Taka Bonerate. Festival ini diawali dengan prosesi pemasangan Bendera Ula-ula, yang merupakan salah satu simbol dari kebudayaan yang dimiliki oleh Suku Bajo. Lalu, dilanjutkan dengan pertunjukan seni bela diri yang sukses menghibur wisatawan yang datang ke sana.

Taman nasional Taka bonerate berada “berdekatan” dari taman nasional Wakatobi. Walau secara fisik jarak mereka cukup jauh yakni 300 km. Namun jika dibandingkan dengan mengulangi perjalanan dari Jakarta ke wakatobi, tentu ini jarak yang dekat. Hanya perlu 2 penerbangan pendek. Dari selayar ke Makasar, lalau dari Makasar ke Wakatobi.

Namun jika waktu wisata sudah habis, itu tidak menghalangi kesempatan untuk menengok objek lain. Dalam perjalanan kembali ke Makasar, pengunjung bisa singgah sejenak di pantai ikonik Losari. Tempatnya yang di tengah kota tidak memerlukan waktu khusus untuk dikunjungi. Bisa singgah sesaat ketika dalam perjalanan menuju bandara.

red

(Visited 254 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

scroll to top