LUWU UTARA-Benuasulsel.com-Prevalensi atau jumlah kasus stunting di kabupaten Luwu Utara terus mengalami penurunan yang cukup signifikan. Data terbaru berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 memperlihatkan bahwa prevalensi stunting Luwu Utara kini sudah 15,5%. Angka ini paling rendah di provinsi Sulawesi Selatan.
Padahal hasil survei SSGI pada 2022 lalu, angka stunting di kabupaten Luwu Utara masih berada di kisaran 29,8%. Berarti terjadi penurunan sebesar 14,3%. Angka ini merupakan penurunan tertinggi di provinsi Sulawesi Selatan. Di bawah Luwu Utara, ada Gowa dengan penurunan tertinggi kedua 11,9%, dan Bantaeng (6,3%).
Kepala Bapperida, Aspar, membenarkan adanya penurunan stunting tersebut. Aspar mengatakan bahwa capaian tersebut berkat kebijakan Bupati Indah Putri Indriani yang dirumuskan bersama instansi teknis yang dikoordinir Bapperida. “Ini buah dari kebijakan ibu Bupati bersama instansi teknis yang dikoordinir Bapperida,” kata Aspar.
Apa saja kebijakan itu? Ia menyebutkan, ada beberapa kebijakan dan program yang dilakukan, sehingga terjadi penurunan tersebut. Di antaranya program pemberian makanan tambahan, pemberian telur “2 Lebih Baik” per anak, dan pemenuhan stok pangan melalui program 3K (kebun kolam dan kendang) yang melibatkan PKK kabupaten hingga desa.
Selain itu, kata dia, pelibatam 1.880 Kader Posyandu, 166 Kader Pembangunan Manusia (KPM), 747 Tim Pendamping Keluarga (TPK), 173 PPKBD, 726 PPKBD per dusun, 225 BKB, dan 104 BKR. “Dan hasilnya, prevalensi stunting Luwu Utara berdasarkan hasil survei SKI 2023 sudah mencapai angka 15,5%,” ungkap mantan Sekretaris DPRD Luwu Utara ini.
Bahkan, kata dia, berdasarkan data e-PPGBM, prevalensi stunting Lutra pada 2023 malah telah mencapai target nasional, yakni 10,51%. “Kita telah mencapai 10,51% berdasarkan penghitungan e-PPGBM tahun 2023. Angka ini jauh di bawah target nasional, yaitu 14.00%. Sementara data terakhir di Februari 2024, prevalensi stunting kita makin menurun hingga berada pada angka 9,36%,” pungkasnya. (LHr#)