GOWA||Benuasulsel.com-Selasa, 8/2/2022.
Mural sebagai sarana ekspresi dengan aneka tema, Protes kepada penguasa, lingkungan hidup, olah raga dan lainnya. Kebanyakan mural mengandung urgensitas atas kebijakan penguasa yang tidak berkeadilan.
Sebagian kalangan ini tak lain tak bukan adalah para stack holder, decision maker, dan para pemangku kepentingan yang bersentuhan langsung dengan hajat rakyat. Menyadari bahwa rakyat melakukan gerakan, secara psikologis keadaan mental manusia memang secara alamiah akan bereaksi untuk menghindar, hal-hal mengenai kebohongan dan kemunafikan.
Menghindar dari tuduhan dengan cara menghapus mural dan mencari-cari sang creator untuk mendapatkan tindakan teguran sampai mengkriminalisasi. Namun tak ayal tindakan penghapusan itu justru memantik semangat para seniman untuk membuat mural lebih masif dan berani sebagai ekspresi jati diri yang harus dituangkan dengan wujud karya nyata.
Mural tak bisa serta merta menjamin keberhasilan upaya penyadaran sosial, tapi setidaknya reaksi yang ditimbulkan diharapkan bisa memantik keberanian masyarakat untuk bersuara dengan media gambar/ ilustrasi apapun bentuknya sepanjang tidak keluar dari tatanan moral dan agama serta tetap menjaga keutuhan negara yang kita cintai ini. (RB#)
Team : Redaksi benuasulsel