Merangkai asa di semarak HUT Jeneponto ke 161

IMG-20240509-WA0013.jpg

Semarak pesta perayaan hari jadi Jeneponto pada hari Rabu tangga 1 Mei 2024 yang ke 161, lebih nanyak diwarnai dalam kegiatan dibidang seni antara lain, melalui lomba logo Jeneponto, lomba foto, atraksi drumband dan hiburan rakyat. Kemudian ada olahraga kekinian, seperti mini soccer, run race dan jalan sehat yang disertai dengan “olahraga kampung”.

Ada juga sedikit unsur budaya didalamnya melalui kontes kuda lokal dan festival gantala jarang yang sebenarnya memberi kesan bahwa Jeneponto adalah penikmat daging kuda bukan penghasil kuda karena realitanya persediaan kuda di Jeneponto masih didatangkan dari Sumba dan Sumbawa melalui pelabuhan Bungen. Selama 3 hari para ASN Jeneponto juga diwajibkan memakai baju adat, utamanya OPD yang bergerak di pelayanan masyarakat.

Selain unsur seni, olahraga dan budaya, terdapat nuansa lingkungan dalam peringatan HUT Jeneponto ke 161 melalui aksi penanaman pohon dan bersih kampung. Walaupun tidak diketahui pasti apakah pohon-pohon yang telah ditanam akan disiram dan dipelihara. Demikian halnya aksi bersih kampung akankah menjadi kebiasaan baru transformasi dari budaya gotong royong nenek moyang yang telah lekang dimakan waktu atau hanya sebagai momen sesaat demi peringatan HUT Jeneponto karena pada kenyataannya sampah sudah berserakan dimana-mana. Namun dengan segala kelebihan dan kekurangannya, tidak dapat dipungkiri bahwa perayaan tahun ini lebih meriah dan semarak dari perayaan tahun-tahun sebelumnya.

Tanggal 1 Mei menandai momentum ketika Karaeng Binamu diangkat kembali menjadi raja Binamu sebagai representatif masyarakat Turatea pada 1 Mei 1863, setelah sebelumnya Karaeng Binamu mengundurkan diri jadi raja agar lebih fokus melawan penjajah. Kemudian secara yuridis Jeneponto ditetapkan sebagai Daerah Tingkat II Sul-Sel sesuai amanat Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959 tanggal 1 Mei 1959.

161 tahun sudah umur Jeneponto, namun Jeneponto masih tercatat sebagai pemegang rekor masuk dalam kategori 3 kabupaten termiskin di Sul-Sel. BPS Sul-Sel merilis data Kabupaten termiskin tahun 2023 dimana Jeneponto menempati urutan kedua di angka 13% sebagai kabupaten termiskin setelah Pangkep. Disisi lain Jeneponto juga tercatat sebagai kabupaten dengan angka anak stunting tertinggi di Sul-Sel thn 2023 sesuai data BKKBN Sul-Sel yaitu dikisaran angka 39%.

Sungguh miris karena secara geografis Jeneponto dianugerahi potensi sumber daya alam yang luar biasa. Garis pantai Jeneponto 114 km terpanjang di Sul-Sel yang memungkinkan pengembangan dibudidaya perikanan dan kelautan termasuk potensi pariwisata. Berbicara pariwisata, maka Jeneponto memiliki beberapa daerah wisata yang perlu perhatian dan pendampingan khusus dalam pengembangannya sehingga bisa terekspose baik lokal maupun nasional , seperti Agrowisata Bontolojong di Desa Ujung Bulu, hutan Paccumikkang di Desa Jenetallasa, Agrowisata di Desa Kassi, kemudian air terjun Bossolo di Desa Rumbia,Hutan Magrove di Desa Arungkeke Pallantikang dan Kelurahan Mongro-mongro. Bahkan saat ini Jeneponto memiliki potensi wisata arung jeram di Sungai Kelara.

Jeneponto juga memiliki daerah agraris yang luasnya cukup signifikan dengan hasil pertanian dan perkebunan seperti
padi, jagung, bawang merah, kacang hijau, kopi dan sayur-sayuran, seperti kol, kentang, daun bawang, tomat dan cabe. Walaupun di tahun 2023 komoditi pertanian ini mengalami penurunan akibat curah hujan yg rendah dan saluran irigasi dari Bendungan Karalloe yg mengalami keretakan serta kelangkaan pupuk subsidi.

Selain itu, Jeneponto memiliki 2 pembangkit listrik, yaitu PLTU dan PLTB. Jeneponto memiliki pasar kuda Tolo yang merupakan pasar kuda pertama dan terbesar di Indonesia. Jeneponto juga penghasil buah lontar dimana air niranya bisa diolah menjadi gula merah dan gula palem yg bisa jadi komoditi ekspor karena palm sugar sangat digemari orang luar negeri.

Karena panjang garis pantainya, maka Jeneponto adalah penghasil rumput laut dan dengan “bonus” curah hujan yang sangat rendah, maka Jeneponto adalah penghasil garam terbesar di Sul-Sel bersama dengan Takalar, Selayar dan Pangkep. Bahkan Jeneponto dipilih oleh Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman sebagai sentra penghasil garam nasional bersama NTT dan NTB.

Berangkat dari segala potensi tersebut, maka kiranya perayaan HUT Jeneponto di tahun yang akan datang dapat menjadi sebuah momentum untuk mengeksplorasi dan mengekspose segala potensi dan kearifan lokal yang dimiliki Jeneponto.

Sekiranya Pemda Jeneponto melalui panitia Hut Kabupaten dapat menginisiasi pesta kemeriahan dengan rangkaian kegiatan yang lebih inovatif. Di bidang pertanian, panitia HUT dapat menyelenggarakan lomba benih padi unggul dan lomba pembuatan pupuk organik, sehingga petani dapat dirangsang untuk mencari varietas baru benih padi sekelas atau diatas kualitas membramo atau ciliwung dan petani dapat menemukan alternatif pupuk organik. Kedepannya temuan benih padi ini dapat ditangkar dan diproduksi besar-besaran dengan bantuan modal Pemda dan Perbankan untuk memenuhi kebutuhan benih petani lokal bahkan bisa memasok benih sampai keluar Sulawesi. Adapun temuan pupuk organik dapat dijadikan solusi menghadapi pupuk kimiawi yang semakin langka dan juga harganya akan lebih murah karena bahannya banyak tersedia disekitar para petani serta ramah lingkungan karena terbuat dari kotoran hewan dan dedaunan.

Dibidang pariwisata panitia HUT dapat mengadakan festival rafting (arung jeram) nasional dirangkaikan acara bersih sungai untuk mempromosikan wisata arung jeram Sungai Kelara yang tak kalah menantangnya dari sungai Saddang di Toraja. Kelebihan wisata ini dari sungai Saddang karena jaraknya yang dekat dari Makassar dan alur sungai masih alami. Dengan demikian dapat menjadi wahana untuk menarik perhatian para rafter diseluruh pelosok negeri. Bila wisata ini mulai dilirik dan berkembang akan menimbulkan multiplier effect bagi pengembangan wisata, ekonomi, transportasi, tata ruang dan bidang lainnya. Tentunya pengembangan wisata ini harus disertai dengan komitmen untuk tetap menjaga lingkungan hidup disekitar daerah aliran sungai.

Sementara untuk wisata hutan dan pegunungan panitia HUT dapat menyelenggarakan camping ground di bukit Bontolojong atau hutan Paccumikkang yang telah dilengkapi dengan wahana flying fox dan Fasilitas panahan rekreasi. Para peserta dapat berasal dari pramuka penegak dari seluruh wilayah Sul-Sel. Kegiatan ini juga dapat dirangkaikan Diskusi bertema “kopi” dengan mengundang para penikmat kopi dan pihak yang bergerak di bisnis kopi. Rumbia saat ini adalah penghasil kopi arabika dan kopi Rumbia telah diakui Kemenkumham melalui sertifikat indikasi geografis kopi arabika. Promosi wisata desa ini sejalan dengan program Kementerian Desa untuk mengembangkan Desa wisata melalui Dana Desa.

Panitia HUT juga dapat mengadakan kegiatan dengan mengekspose kincir angin PLTB, misalnya dengan lomba swafoto berlatar kincir angin atau wisata kincir angin. Hal ini mengingat PLTB menjadi icon baru Jeneponto yang merupakan salah satu dari dua PLTB yang ada di Indonesia selain Sidrap. Namun, lokasi PLTB di Sidrap cukup sulit dijangkau dibandingkan PLTB Jeneponto karena terletak di atas perbukitan. Dengan semua promosi wisata diperhelatan HUT Jeneponto, kita berharap para penggiat healing diluar Jeneponto akan mulai melirik tempatĀ² wisata ini.

Dibidang pangan panitia HUT dapat mengadakan lomba inovasi olahan pangan yang blm pernah ada dari tanaman yang dihasilkan para petani Jeneponto, seperti jagung yang dapat diolah menjadi susu fermentasi dan lain-lain.

Terakhir agar semarak HUT Jeneponto bukan hanya menjadi milik pegawai dan masyarakat dewasa, maka anak-anak harus diberi ruang dengan mengadakan kegiatan lomba permainan anak tradisional seperti kelereng, dende, asing, cangke, santo dan lain lain. Mungkin banyak anak yang sudah tidak mengenal permainan tradisional ini karena tergerus dan kalah power dengan permainan vidio game di HP. Secara tidak langsung kita akan mulai memperkenalkan dan membudayakan kembali permainan tradisional ini. Anak-anak kita tidak boleh terjebak hingga dewasa dalam ruang maya semu yang dapat menggiringnya menjadi manusia yang individualisme dan jauh dari silaturahmi dengan keluarga dan teman-teman sebaya karena yang ada dalam dunianya hanyalah dirinya dan teman “maya”nya.

Kita berharap melalui kegiatan yang mengangkat segala potensi dan kearifan lokal Jeneponto yang menjadi rangkaian semarak HUT Jeneponto, maka mata dunia pada umumnya dan mata nasional pada khususnya dapat tertuju ke Jeneponto. Bahwa Jeneponto jangan hanya dikenal sebagai daerah termiskin atau daerah dengan angka anak stunting terbanyak. Karena Jeneponto adalah daerah yang sangat kaya dengan segala potensi alam dan kearifan lokalnya. Jeneponto menunggu “the right man” yang dapat melihat dan memoles Jeneponto menjadi sebuah berlian, sehingga masyarakat Jeneponto dapat hidup sejahtera dan keluar dari garis kemiskinan. Hingga suatu hari nanti kita dapat berkata kepada dunia “Jeneponto Akkulle Tonji”

By: Zulkarnain, S.TP
Tenaga Ahli P3MD Kabupaten Jeneponto.
Tim Redaksi.

(Visited 17 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

scroll to top