Pariaman)BenuaSulSelCom. Tahun- 1960-an, berbagai elemen bangsa mempunyai angkatan mudanya dikalangan mahasiswa, seperti halnya GMNI, HMI, dan Masyumi. Nahdlatul Ulama (NU) yang memiliki basis massa terbesar di Indonesia, lalu mencetuskan ide, mendirikan wadah untuk anak mudanya. Sejarah mencatat, di Wonokromo Surabaya, lahir sebuah organisasi kepemudaan yang menaungi mahasiswa dari berbagai Kampus, yaitu Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Tepatnya tanggal 17 April 1960 yang lalu, dan hingga hari ini, 62 Tahun sudah berjalannya gerakan organisasi ini.
PMII dalam idiologi, tidak hanya kental nilai nasionalismenya, tetapi juga kental dengan nilai ke-islaman yang ber-haluan Ahlusunah Waljam’ah (Aswaja). PMII konsen mewadahi mahasiswa Indonesia, untuk meningkatkan kecerdasan intelektual anak bangsa, agar konsisten menjadi Agent Of Change dimasa yang akan datang.
Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia, itulah visi besar PMII didirikan, hal tersebut dapat dilihat dalam statuta organisasi ini.
PMII sudah mencetak ribuan kader militan dari berbagai kampus di Indonesia, sebagian besar kadernya, mampu menggerakkan masyarakat dalam berbagi disiplin Ilmu pengetahuan, gerakan pemikiran islam, sosial kemasyarakatan, gerakan politik bahkan menapaki jejak di jajaran elit negeri ini, tentu hal yang harus dipertahankan dan ditingkatkan.
Di momen harlah ini, penulis mempunyai harapan besar untuk PMII lebih jaya. Pertama, kader PMII harus mampu memegang teguh jiwa nasionalisme. Saat ini, nasionlisme diperlukan untuk keberlangsungan NKRI ini.
Ditengah kondisi serba modern sekarang, dirasa nilai nasionalisme terus tergerus di berbagai kalangan. Tantangan tergerusnya nilai nasionalisme, harus jadi konsen PMII dalam menata gerakan organisasi kedepan.
Kedua, kader PMII harus runut mendalami Ilmu ke-islaman dan mampu
mensosialisasikannya kepada masyarakat luas. Faham Aswaja harus dikenal luas oleh masyarakat, selain diaplikasikan dan digeneralisasikan dalam setiap tindak tanduk dan gerakan PMII.
Hari ini faham yang dianut PMII dalam berbangsa dan beragama, sering dibenturkan dengan kelompok Islam modernis dan puritan yang berpandangan berbeda dengan islam Indonesia yang cenderung tradisionalis.
Maka, kader PMII wajib mampu memberkali diri dengan sebaiknya, jika tidak, faham ekstrimis kiri dan kanan, akan jadi tren mode anak muda Indonesia kedepan dalam beragama, dan PMII hanya akan diisi oleh orang-orang yang berebut kekuasaan dan fragmatisme.
Dilihatlah media massa sekarang, masyarakat sering dipertontonkan dengan wajah keislaman yang penuh konflik, radikalisasi, dan tidak humanis. Pekerjaan rumah kader PMII adalah membumikan Aswaja memalui canel apa saja, agar masyarakat Indonesia tahu, wajah genuine islam Indonesia itu tawasut, tawazun, ta’adul dan tasamuh.
Ketiga, PMII harus menyediakan berbagai wadah intelektaul dan skill bagi kader, melalui wadah yang ada, Kader PMII pun harus mampu menggali potensi diri dan memperkaya intelektual diri dengan berbagai skil yang mumpuni.
Aktif di Akademik tentu belum keren, namun kepiawaian Lidership, Public Speaking, Interprenear, Jurnalistik, Orasi dan berjejaringan, hanya didapat di organisasi, diantaranya PMII, bekal keren itulah yang akan berguna bagi kader kedepannya.
Momen harlah ini, penulis memperteguh sebuah harapan, bahwa kader PMII harus memiliki potensi yang mumpuni dan mampu berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Keempat, kemajuan zaman dan Era Globalisasi Industry 4.0 menuju 5.0, harus menjadi peluang transformatif bagi kader, kader PMII harus mampu menyesuaikan diri dan bertransformasi agar bisa mandiri, mampu membaca peluang untuk memajukan PMII dan mampu membrending organisasi.
Inilah yang dimaksud barangkali dengan tema harlah PMII ke 62, “Transformatif Gerakan, Merawat Peradaban”. Do’a dan harapan kita untuk PMII lebih maju kedepanya, agar PMII bukan unggul dalam wacana saja, tetapi juga diikuti dengan gerakan yang nyata,
Selamat Harlah PMII ke 62 Tahun pada 17 April 2022. “Satu barisan dan satu cita, pembela bangsa penegak agama, tangan terkepal dan maju kemuka”. SALAM PERGERAKAN!!!
Artikel Opini ini ditulis Oleh Rahmat Hidayat, Ketua Komisariat STIT-SB Pariaman.